Senin, 25 Maret 2013

Komposisi puasa: mengapa puasa menjadi ibadah yang sangat prioritas?


            Mengapa dalam Hadith-hadith, Qouls ulama’, di sebutkan bahwa puasa adalah ibadah yang kadar pahala atau reward-nya unlimited? Kenapa puasa menjadi ibadah yang Allah paling berhak atasnya?
            Mari kita tinjau arti puasa,

            Versi Hadith nabi Muhammad, puasa adalah stengah atau 50% dari kesabaran, jadi sesabar apapun seseorang, jika tidak pernah melakukan puasa, maka jelaslah kesabaran yang ia lakukan itu belum sempurna, karena orang yang berpuasa akan semaksimal mungkin menghemat energi, mereka akan lebih memilih untuk bersabar dan tenang dalam menghadapi dunia yang mengganggunya daripada marah-marah dan menyalahkan semua orang maupun sesuatu disekitarnya, karena hal itu akan menguras energi, keinginan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan akan menurun, padahal hal-hal yang menyenangkan itu biasanya identik dengan penyebab terjerumusnya seseorang pada tindakan yang berdosa, dari sini saja kita sudah sedikit memahami apa itu puasa.
            Sebenarnya apa yang menjadikan ibadah puasa sangat prioritas dimata Allah adalah hal-hal yang dilakukan dalam kondisi puasa itu sendiri. Bukankah orang-orang yang yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertaqwa ? sedangkan taqwa itusendiri artinya menjalankan perintah dan menjauhi larangan, jika kita melakukan ibadah puasa dengan baik dan benar, secara tidak langsung kita berusaha untuk bertaqwa kepada Allah, karena puasa menuntut kita untuk melakukan hal-hal yang di anjurkan dan menghindari yang di larang Allah, semua itu adalah bukti kasih sayang Allah kepada manusia.
            Orang yang melakukan puasa dengan baik dan benar, akan melaksanakan enam prinsip yang kesemuanya menguntungkan bagi si Sho’im (orang yang berpuasa), baik dari segi fisikal, jiwa, dunia, agama maupun akheratnya, enam prinsip itu adalah sebagai berikut:
Mengurangi input visual untuk otak
            Maksudnya mengendalikan pandangan mata, Al-Basaar, mempersempit visual point area yang apabila diluaskan akan menggiring kita pada kemaksiatan, terutama maksiat mata.
Simak perjalanan informasi/signal pada manusia sehingga mereka dapat memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

            Diawali dari mata sebagai reseptor gambar alam sekitar (lingkungan) dimana seorang manusia hidup. Mata mengirimkan berbagai gambar ke otak, baik gambar yang indah atau yang jelek dan tidak diharapkan manusia, setelah otak menerima informasi objek dalam bentuk gambar, ia merencanakan sesuatu. Otak mempelajari, dan menghubungkannya dengan organ-organ tubuh yang lain, ia akan menguji apa yang terjadi apabila objek itu memberikan hal tertentu pada organ tertentu pula, dan sebaliknya, ia akan menguji dan membandingkan, bagaimana jika organ tertentu melakukan atau merasakcn sesuatu pada objek tertentu yang di gambarkan mata.
            Setelah ia mendapat kesimpulan dari pengujiannya, ia akan berusaha merealisasikan pembanding-pembanding yang ia gunakan untuk menguji tadi, masalahnya apakah pembanding itu baik bagi diri manusia itu sendiri? Di sinilah nafsu dan iman (puasa) ikut berperan atas dilakukannya suatu tindakan, yang keliru maupun yang tepat, namun apabila informasi yang di terima otak saling mendukung dan menguatkan, maka nafsulah yang akan menang, ia akan memerintah manusia untuk merealisasikan pembanding tadi, tanpa memperhatikan dampaknya.
            Apa yang terjadi jika kita mengurangi volume informasi dalam bentuk gambar alam sekitar yang di terima otak? Apa yang terjadi jika kita berpuasa dengan metode yang tepat? Dengan cara yang benar dan akurat? Otak akan menerima informasi yang lebih sedikit karena puasa menuntut kita untuk menundukkan pandangan yang akhirnya tidak bisa mendukung nafsu.  Nafsu terkalahkan dan kita gagal mendekati hal-hal yang menyenangkan yang di awala telah kita sepakati identik dengan dosa.
            Orang yang kelak menjadi raja di surga (Uwais al-Qoroni), adalah contoh figur yang tak pernah melepaskan pandangannya dengan bebas, bahkan konon, dagunya tak pernah berpisah dari dadanya
            Input visual yang harus dikurangi adalah hal-hal yang menyibukkan hati dan fikiran kita sehingga kita melupakan Allah.
Mengusahakan mulut untuk tidak mengatakan yang tak penting
            Seperti berbohong, gosip, adu domba, berkata kotor dan kata-kata yang memberikan kesan sombong. Bayangkan kita mengumbar mulut kita dan tak pernah mempedulikan perasaan orang lain, tentu saja kita akan babak belur, keselamatan kita sangat terancam, dan yang paling vital kita tidak termasuk golongan orang yang bertaqwa pada Allah, Naudzu biLlahi min Dzaalik!
            Mulut, benar sekali ia lebih tajam dari pada pedang, labih kuat daripada sebuah tank, apapun dilibasnya, dengan mulut kita dapat menghina orang lain, dengan mulut seorang Stalin dapat memporak porandakan dunia, dengan mulut pula Martin Luther King Jr. merubah nasib orang kulit hitam, dengannya juga kita dapt melantunkan shalawat, puji-pujian dan memberikan nasihat kepada orang lain. Mulut memegang posisi yang sangat penting dalam hidup manusia, tergantung bagaimana ia menggunakannya.
            Berpuasa menuntut kita untuk berhati-hati dalam menggunakan mulut dan menganjurkan untuk menggunakannya untuk kebaikan-kebaikan seperti berdzikir, menghindari mengolok orang karena itu samasekali tidak menguntungkan bagi kita sendiri maupun orang lain, inilah alasan kenapa diamnya puasa dihitung sebagai pahala membaca tashbih oleh Allah, bayangkan jika kita mampu mengunci mulut sepanjang hari, dalam keadaan diam pula, namun sejatinya kita memang digiring untuk diam dengan puasa, itu semua demi kemaslahatan kita sendiri, lebih baik diam daripada berkata yang tidak bermanfaat.
            As-sukuutu salaamatun, diam itu membawa keselamatan.
Memlihara pendengaran dari informasi-informasi yang tidak di senangi (Al Ishgha’ ila kulli makruuhin)
          Kerena perkara yang diharamkan mengucapkannya, mendengarkannya juga haram nimbrung mendengarnya, seperti forum ghibah yang biasa kita gelar, subhanaLlah! Itu hanya mambawa kemudharatan dan maksiat bagi pelakunya, baik yang mendengar maupun yang ceramah dosanya sama saja, mulai dari maksiat mulut hingga telinga.
            Ghibah atau gossip, yaitu menelusuri keburukan orang lain, padahal dosa yang ada padanya itu sangatlah besar, bagaimana tidak, karena dosa objek gossip akan dilimpahkan pada orang yang menggosip, naudzubiLlah!
            Istilah untuk orang yang meng-ghibah adalah seperti orang yang memakan daging saudaranya.
Memelihara anggota badan dari Dosa
            Yaitu menjaga tangan dan kaki dari yang makruh, maksudnya berusaha semaksimal mungkim memelihara tangan dan kaki kita melakukan dosa, cara untuk mengetahui suatu tindakan itu berdosa apa tidak adalah berdasarkan tuntunan hati nurani, apabila pertanyaan itu munculnya belakangan, perbuatan dosa selalu berakhir dengan penyesalan, diakui atau pun tidak penyesalan ini pasti muncul, kita bisa mengambil pelajaran dari pengalaman sehari-hari apakah suatu tindakan berdosa atau tidak, nah contoh dari dosa yang dilakukan oleh tangan atau kaki adalah menyakiti orang lain, memukul, menendang, menunjuk dengan kaki, orang puasa di tuntut untuk menghindari hal ini.
            Menjaga perut dari yang syubhat dan yang haram waktu berbuka puasa, syubhat adalah hukum antara halal dan haramnya tidak jelas, seperti barang temuan, makanan asing yang kita tidak tahu komposisi dan cara memasaknya dan lain-lain, menghindari yang syubhat hanyalah demi kesempurnaan puasa kita, berbuka dengan yang syubhat saja tidak boleh apalagi dengan yang haram. Orang yang berpuasa (menghindari makan dan minuman, meskipun keduanya halal) apabila berbuka dengan makanan haram maka tak berartilah puasa yang ia lakukan. Perumpamaan orang yang berpuasa seperti ini adalah seperti orang yang mendirikan bangunan dengan susah payah dan ia menghancurkannya. Yang demikian ini tidak termasuk menjaga anggota badan dari dosa.
Tidak makan berlebihan ketika berbuka
            Wadah yang paling di benci Allah adalah lambung yang dipenuhi makanan halal (apalagi haram). Memang kita saat berpuasa telah semaksimal mungkin berusaha menahan lapar sekitar 14 jam, namun bukan terus berarti kita boleh “balas dendam” ketika berbuka. Dampak negatifnya, lambung akan shock kerena selama kurang lebih 14 jam tak bekerja alias nganggur tiba-tiba diisi dengan muatan yang berlebihan, jadinya lambung over load, yang buntutnya kita jadi malas melakukan shalat maghrib.
            Di daerah kita telah terbiasa ibu-ibu menyediakan mekanan yang bermacam-macam, yang mewah-mewah yang tak pernah kita dapatkan sehari-hari (selain puasa). Ingat tujuan berpuasa adalah untuk mengosongkan perut, mengekang hawa nafsu dan menguatkan diri kita untuk bertaqwa kepada Allah, apabila nafsu yang kita kekang seharian dan begitu saja kita lepaskan saat waktu berbuka tiba, apalah arti puasa kita?
Khawatir akan diterimanya puasa
            Setelah berbuka kita tidak di anjurkan untuk leyeh-leyeh menikmati kenyangnya perut dengan makanan, namun kita di anjurkan untuk mengevaluasi puasa yang kita lakukan tadi siang, khawatir akan tidak diterimanya puasa kita, apabila kita mampu melakukan ini InshaaLlah  kita termasuk min jumlatil Muqorrobiin.

Nah, itulah komposisi puasa yang sempurna, yang dapat menjadikan kita lebih bertaqwa.


           
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar