Mengapa
dalam Hadith-hadith, Qouls ulama’, di sebutkan bahwa puasa adalah ibadah yang
kadar pahala atau reward-nya unlimited? Kenapa puasa menjadi ibadah yang Allah
paling berhak atasnya?
Mari
kita tinjau arti puasa,
![]() |
Versi
Hadith nabi Muhammad, puasa adalah stengah atau 50% dari kesabaran, jadi
sesabar apapun seseorang, jika tidak pernah melakukan puasa, maka jelaslah
kesabaran yang ia lakukan itu belum sempurna, karena orang yang berpuasa akan
semaksimal mungkin menghemat energi, mereka akan lebih memilih untuk bersabar
dan tenang dalam menghadapi dunia yang mengganggunya daripada marah-marah dan
menyalahkan semua orang maupun sesuatu disekitarnya, karena hal itu akan
menguras energi, keinginan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan akan menurun,
padahal hal-hal yang menyenangkan itu biasanya identik dengan penyebab
terjerumusnya seseorang pada tindakan yang berdosa, dari sini saja kita sudah
sedikit memahami apa itu puasa.
Sebenarnya
apa yang menjadikan ibadah puasa sangat prioritas dimata Allah adalah hal-hal
yang dilakukan dalam kondisi puasa itu sendiri. Bukankah orang-orang yang yang
paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertaqwa ? sedangkan taqwa
itusendiri artinya menjalankan perintah dan menjauhi larangan, jika kita melakukan
ibadah puasa dengan baik dan benar, secara tidak langsung kita berusaha untuk bertaqwa
kepada Allah, karena puasa menuntut kita untuk melakukan hal-hal yang di
anjurkan dan menghindari yang di larang Allah, semua itu adalah bukti kasih
sayang Allah kepada manusia.
Orang
yang melakukan puasa dengan baik dan benar, akan melaksanakan enam prinsip yang
kesemuanya menguntungkan bagi si Sho’im (orang yang berpuasa), baik dari segi
fisikal, jiwa, dunia, agama maupun akheratnya, enam prinsip itu adalah sebagai
berikut:
Mengurangi
input visual untuk otak
Maksudnya
mengendalikan pandangan mata, Al-Basaar, mempersempit visual point area yang apabila diluaskan akan menggiring kita pada
kemaksiatan, terutama maksiat mata.
Simak perjalanan informasi/signal pada manusia
sehingga mereka dapat memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Diawali
dari mata sebagai reseptor gambar alam sekitar (lingkungan) dimana seorang
manusia hidup. Mata mengirimkan berbagai gambar ke otak, baik gambar yang indah
atau yang jelek dan tidak diharapkan manusia, setelah otak menerima informasi
objek dalam bentuk gambar, ia merencanakan sesuatu. Otak mempelajari, dan
menghubungkannya dengan organ-organ tubuh yang lain, ia akan menguji apa yang
terjadi apabila objek itu memberikan hal tertentu pada organ tertentu pula, dan
sebaliknya, ia akan menguji dan membandingkan, bagaimana jika organ tertentu
melakukan atau merasakcn sesuatu pada objek tertentu yang di gambarkan mata.
Setelah
ia mendapat kesimpulan dari pengujiannya, ia akan berusaha merealisasikan
pembanding-pembanding yang ia gunakan untuk menguji tadi, masalahnya apakah
pembanding itu baik bagi diri manusia itu sendiri? Di sinilah nafsu dan iman
(puasa) ikut berperan atas dilakukannya suatu tindakan, yang keliru maupun yang
tepat, namun apabila informasi yang di terima otak saling mendukung dan
menguatkan, maka nafsulah yang akan menang, ia akan memerintah manusia untuk
merealisasikan pembanding tadi, tanpa memperhatikan dampaknya.
Apa
yang terjadi jika kita mengurangi volume informasi dalam bentuk gambar alam
sekitar yang di terima otak? Apa yang terjadi jika kita berpuasa dengan metode
yang tepat? Dengan cara yang benar dan akurat? Otak akan menerima informasi
yang lebih sedikit karena puasa menuntut kita untuk menundukkan pandangan yang
akhirnya tidak bisa mendukung nafsu.
Nafsu terkalahkan dan kita gagal mendekati hal-hal yang menyenangkan
yang di awala telah kita sepakati identik dengan dosa.
Orang
yang kelak menjadi raja di surga (Uwais al-Qoroni), adalah contoh figur yang
tak pernah melepaskan pandangannya dengan bebas, bahkan konon, dagunya tak
pernah berpisah dari dadanya
Input
visual yang harus dikurangi adalah hal-hal yang menyibukkan hati dan fikiran
kita sehingga kita melupakan Allah.
Mengusahakan
mulut untuk tidak mengatakan yang tak penting
Seperti
berbohong, gosip, adu domba, berkata kotor dan kata-kata yang memberikan kesan
sombong. Bayangkan kita mengumbar mulut kita dan tak pernah mempedulikan
perasaan orang lain, tentu saja kita akan babak belur, keselamatan kita sangat
terancam, dan yang paling vital kita tidak termasuk golongan orang yang
bertaqwa pada Allah, Naudzu biLlahi min
Dzaalik!
Mulut,
benar sekali ia lebih tajam dari pada pedang, labih kuat daripada sebuah tank,
apapun dilibasnya, dengan mulut kita dapat menghina orang lain, dengan mulut
seorang Stalin dapat memporak porandakan dunia, dengan mulut pula Martin Luther
King Jr. merubah nasib orang kulit hitam, dengannya juga kita dapt melantunkan
shalawat, puji-pujian dan memberikan nasihat kepada orang lain. Mulut memegang
posisi yang sangat penting dalam hidup manusia, tergantung bagaimana ia
menggunakannya.
Berpuasa
menuntut kita untuk berhati-hati dalam menggunakan mulut dan menganjurkan untuk
menggunakannya untuk kebaikan-kebaikan seperti berdzikir, menghindari mengolok
orang karena itu samasekali tidak menguntungkan bagi kita sendiri maupun orang
lain, inilah alasan kenapa diamnya puasa dihitung sebagai pahala membaca
tashbih oleh Allah, bayangkan jika kita mampu mengunci mulut sepanjang hari,
dalam keadaan diam pula, namun sejatinya kita memang digiring untuk diam dengan
puasa, itu semua demi kemaslahatan kita sendiri, lebih baik diam daripada
berkata yang tidak bermanfaat.
As-sukuutu
salaamatun, diam itu membawa keselamatan.
Memlihara
pendengaran dari informasi-informasi yang tidak di senangi (Al Ishgha’ ila kulli makruuhin)
Kerena perkara yang diharamkan mengucapkannya, mendengarkannya juga haram
nimbrung mendengarnya, seperti forum ghibah yang biasa kita gelar, subhanaLlah!
Itu hanya mambawa kemudharatan dan maksiat bagi pelakunya, baik yang mendengar
maupun yang ceramah dosanya sama saja, mulai dari maksiat mulut hingga telinga.
Ghibah atau gossip, yaitu menelusuri keburukan
orang lain, padahal dosa yang ada padanya itu sangatlah besar, bagaimana tidak,
karena dosa objek gossip akan dilimpahkan pada orang yang menggosip, naudzubiLlah!
Istilah untuk orang yang meng-ghibah adalah seperti
orang yang memakan daging saudaranya.
Memelihara
anggota badan dari Dosa
Yaitu menjaga tangan dan
kaki dari yang makruh, maksudnya berusaha semaksimal mungkim memelihara tangan
dan kaki kita melakukan dosa, cara untuk mengetahui suatu tindakan itu berdosa
apa tidak adalah berdasarkan tuntunan hati nurani, apabila pertanyaan itu
munculnya belakangan, perbuatan dosa selalu berakhir dengan penyesalan, diakui
atau pun tidak penyesalan ini pasti muncul, kita bisa mengambil pelajaran dari
pengalaman sehari-hari apakah suatu tindakan berdosa atau tidak, nah contoh
dari dosa yang dilakukan oleh tangan atau kaki adalah menyakiti orang lain,
memukul, menendang, menunjuk dengan kaki, orang puasa di tuntut untuk
menghindari hal ini.
Menjaga perut dari yang syubhat dan yang haram waktu
berbuka puasa, syubhat adalah hukum antara halal dan haramnya tidak jelas,
seperti barang temuan, makanan asing yang kita tidak tahu komposisi dan cara
memasaknya dan lain-lain, menghindari yang syubhat hanyalah demi kesempurnaan
puasa kita, berbuka dengan yang syubhat saja tidak boleh apalagi dengan yang
haram. Orang yang berpuasa (menghindari makan dan minuman, meskipun keduanya
halal) apabila berbuka dengan makanan haram maka tak berartilah puasa yang ia
lakukan. Perumpamaan orang yang berpuasa seperti ini adalah seperti orang yang
mendirikan bangunan dengan susah payah dan ia menghancurkannya. Yang demikian
ini tidak termasuk menjaga anggota badan dari dosa.
Tidak makan
berlebihan ketika berbuka
Wadah yang paling di benci
Allah adalah lambung yang dipenuhi makanan halal (apalagi haram). Memang kita
saat berpuasa telah semaksimal mungkin berusaha menahan lapar sekitar 14 jam,
namun bukan terus berarti kita boleh “balas dendam” ketika berbuka. Dampak
negatifnya, lambung akan shock kerena selama kurang lebih 14 jam tak
bekerja alias nganggur tiba-tiba diisi dengan muatan yang berlebihan, jadinya
lambung over load, yang buntutnya kita jadi malas melakukan shalat maghrib.
Di daerah kita telah terbiasa ibu-ibu menyediakan mekanan
yang bermacam-macam, yang mewah-mewah yang tak pernah kita dapatkan sehari-hari
(selain puasa). Ingat tujuan berpuasa adalah untuk mengosongkan perut,
mengekang hawa nafsu dan menguatkan diri kita untuk bertaqwa kepada Allah,
apabila nafsu yang kita kekang seharian dan begitu saja kita lepaskan saat
waktu berbuka tiba, apalah arti puasa kita?
Khawatir akan
diterimanya puasa
Setelah berbuka kita tidak di anjurkan untuk leyeh-leyeh
menikmati kenyangnya perut dengan makanan, namun kita di anjurkan untuk
mengevaluasi puasa yang kita lakukan tadi siang, khawatir akan tidak
diterimanya puasa kita, apabila kita mampu melakukan ini InshaaLlah kita termasuk min jumlatil Muqorrobiin.
Nah, itulah komposisi puasa
yang sempurna, yang dapat menjadikan kita lebih bertaqwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar